Aku Tidak Memakan Rotimu [Cerpen]

22.54 0 Comments



sore itu dimeja makan kosku, ada setangkup roti hangat. hmmmm aromanya lezat. kulirik diatasnya bertaburan keju, coklat dan kismis. cewek-cewek temenku pada berebutan mengelilinginya. tapi ibu kosku melarang kami untuk memakannya. 'jangan dimakan ya rotinya itu pesenan orang lain!' kami semua mengangguk patuh. walau hidung ini tergelitik untuk menikmatinya. teman-temanku pun begitu. tidak ada perempuan yang tidak tergila-gila pada kue coklat hangat. aku sedikit tersadar dan menghiraukan aroma kue itu. maklum, hari itu aku sedang berpuasa.



tak lama kemudian ibu kosku pamit. beliau akan mengunjungi putrinya yang baru melahirkan. titip pesan pada kami agar menjaga rumah dengan baik. kami, 7 gadis kos yang menghuni rumah itu hanya tersenyum melepas kepergiannya. 'ingat! kuenya jangan dimakan yaaa?' teriaknya pada kami sambil melambai diatas taksi.

baru saja ibu kosku pergi. teman-temanku sudah mengerubungi meja makan tempat roti coklat hangat itu disajikan. aku cuma geleng-geleng. mengingatkan agar mereka tidak menyicipinya. nanti sore pemilik roti hangat itu akan datang mengambil pesanan rotinya. lantas kemudian aku kembali ke kamar. tiduran sambil menunggu waktu berbuka tiba.

tiba-tiba roti hangat yang diatas meja berbicara kepada kami. sambil menyunggingkan senyumannya. 'ayolah, makan aku..........aku enak lho....... ada coklat keju..........hmmmm lezaat!!!' si roti coklat terus berbicara kepada kami. dia menguarkan aromanya yang menggoda, menggelitik hidung kami agar mencicipinya. kami sudah tergiur dengan roti itu. tapi aku segera sadar. aku masih puasa. dan roti itu bukan milikku. aku kembali ke kamar. tenggelam dalam buku yang aku baca.

tak lama kemudian bel rumah kami berdentang nyaring. 'ting tong! ting tong!' aku bergegas membuka pintu depan. disana tampak seorang gadis yang bermuka masam. tubuhnya kurus dan rambutnya lepek. seperti tidak pernah dicuci.
' aku pemilik roti. bolehkah aku mengambilnya sekarang?' 'tentu' jawabku. aku bergegas ke meja makan tempat roti tersebut disiapkan. 

tapi alangkah terkejutnya aku. roti itu tertawa-tawa di pelukan ke 6 teman perempuanku. dan ya Tuhan! roti itu tidak lagi utuh. dia sudah digigit disana-disini. teman-temanku berebutan untuk menghabiskannya. si roti masih kecentilan dirubung gadis-gadis itu. 'aaah geli tau! jangan gitu dong!' si roti centil berteriak-teriak genit ketika teman-temanku mencoleknya. belum habis rasa terkejutku, si gadis pemilik roti tanpa permisi membuntuti dan meneriakiku.

'itu rotikuuuuuuuu!!!!!!!!' teriakannya mengagetkan kami. teman-temanku perlahan menyingkir. dan si roti kembali menjadi roti biasa. yang tidak hidup. yang tidak tersenyum genit. dengan amarah yang meluap si gadis pemilik roti menyumpahi kami. maling lah apa lah. dan dia menunjuk-nunjuk mukaku. menuduhku bahwa aku turut menikmati rotinya. teman-temanku ketakutan. mereka terdiam menyaksikan aku dituduh sedemikian.

tentu saja aku tidak terima. 'aku tidak memakan rotimu!' aku balas demikian. 'lagipula aku sedang berpuasa dan aku memang belum punya roti untuk aku berbuka. tapi aku berniat membelinya. karena aku punya uang. dan aku bukan maling seperti yang kamu teriakkan!'

si gadis pemilik roti terdiam. tapi kulihat di matanya ada bara. demikian menyala. tanpa ba bi bu, di mengambil roti yang sudah tercabik-cabik itu. dan memakannya terang-terangan di depan kami. lantas meninggalkan rumah kos kami tanpa meminta maaf kepadaku.

teman-temanku masih geleng-geleng. 'kasian sekali melihat gadis itu. roti yang sudah amburadul seperti itu dia tega memakannya. apa dia tidak punya uang untuk membeli roti yang lain?'
' memang kenapa?' tanyaku.
'kau tahu, roti itu sudah kita main-mainkan, kita colek coklatnya dan terjatuh diatas lantai. itukan kotor'
'apakah kau menyukai roti itu dan berniat memilikinya? dan kau tidak suka jika roti itu diambil yang punya apapun keadaannya?'
'tidak. bukan begitu. aku dan teman-teman hanya tertarik untuk menyicipi dan menjadikannya mainan. karena roti itu yang sudah genit menggelitik hidung kami agar menikmatinya. orang lain yang bukan pemilik roti itu''jadi?'
'mungkin aku akan membuat roti yang lebih lezat untuk aku makan sendiri dan kutempatkan di tempat istimewa. hanya untukku. bukan untuk dibagi-bagi.'
aku tersenyum 'hm, tampaknya menarik!'
'ayo kita buat sekarang. lagipula bukankah membuat roti sendiri lebih menyenangkan daripada membeli di toko? '
'tentu. dan kau akan membuatkanku satu lagi kan untuk aku berbuka?'
'tentu. hanya untukmu teman. bukan untuk dibagi-bagi' jawab temanku sambil tersenyum dan menggamit lenganku ke dapur. melupakan tentang gadis kumal bermuka masam yang telah memperburuk hari kami.

tiba-tiba saja dunia tersenyum pada kami

Aku Tidak Memakan Rotimu (Sebuah Satire untuk Seorang Gadis)
by Azizah Pradnya Paramitha
terinspirasi dari Fitri Hrs Semangat.
mbak, imajinasimu benar-benar mantap! two thumbs up for you ^ ^

Faisal Mandala

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: