Nabi Muhammad Buta Huruf atau Genius? [Book Review]

01.54 2 Comments



Nabi Muhammad Buta Huruf atau Genius?

Meluruskan Kebutahurufan Nabi Muhammad

Penulis: Syekh Al-Maqdisi
Penerbit: Nun Publisher
Tebal: 144 hal


Selama ini masih beredar paradigma, bahkan terkadang menjadi dogma bahwa Rasulullah Muhammad SAW buta huruf. Hal tersebut melekat berdasarkan pemahaman kata ummi yang disandang Nabi Muhammad. 

Kebutahurufan Nabi Muhammad sepertinya sengaja dibangun untuk mengetengahkan sebuah argumen tentang betapa hebatnya mukjizat Alquran yang bersumber dari sesuatu yang ilahi. Dengan teori “Nabi yang buta huruf”, mukjizat terkesan semakin mencengangkan. Celakanya lagi, kebutahurufan dijadikan dalil untuk keabsahan risalah kenabian Nabi Muhammad. 


Padahal, jika mau menggunakan logika yang paling sederhana, kita akan tahu bahwa ketakmampuan dalam melakukan sesuatu adalah sebuah kekurangan. Karena itu, ketidakmampuan baca-tulis, misalnya, yang dibanggakan pada Nabi Muhammad—meskipun dibumbui dengan sifat-sifatnya yang paling agung di atas manusia lain—mestinya juga harus dianggap sebagai kelemahan yang mendasar. 

Bagaimana mungkin seorang anak manusia yang buta huruf datang ke keramaian dunia dengan membawa sebuah kitab suci yang memukau seperti Alquran? Barangkali, pandangan tentang “Nabi yang buta huruf” memberikan sebuah keyakinan bahwa wahyu-wahyu yang Nabi Muhammad sampaikan pastilah bersumber dari Allah, bukan rekayasa diri beliau yang tak mampu membaca dan menulis. Begitulah kira-kira alur logikanya. 

Oleh karena itu, melalui buku ini Syekh Al-Maqdisi mencoba membongkar kesalahpahaman kita tentang definisi kata ummi di dalam Alquran dan Hadis yang sebagian besar dari kita memaknainya dengan arti “buta huruf”. Selain itu, beliau juga memaparkan banyak catatan sejarah yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad mampu membaca dan menulis. 

Buku ini juga menyajikan pemaparan baik secara logika maupun dalil agama, berupa ayat-ayat dalam Alquran yang menentang kebutahurufan Nabi Muhammad. Ayat Alquran yang pertama turun pun sudah menyiratkan bahwa bahwa Nabi Muhammad tidak buta huruf. Sebab, sebuah kesia-siaan saja bila Allah menyapa Nabi Muhammad dengan perintah untuk membaca (kalau beliau dianggap buta-huruf). 

Alasannya ada tiga. Pertama, karena yang alamiah dalam konsep keimanan adalah jika Allah menghendaki sesuatu, maka sesuatu itu pasti akan terwujud. Jika permasalahannya adalah ketidakmampuan Nabi Muhammad dalam membaca, maka beliau akan segera mampu membaca dengan izin Allah. 

Kedua, yang sangat umum dijumpai dalam Alquran adalah ketepatan dalam soal pemilahan kata dan kemukjizatan kehendak Allah. Karena itu, jika memang Nabi Muhammad dalam keadaan buta huruf, maka tentunya akan lebih tepat dan layak jika Allah menyapanya dengan ungkapan utlu (lafalkan!), qul (katakan!), atau raddid (turuti!). 

Ketiga, ayat bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu dan juga jawaban Nabi kepada Jibril (aku tidak membaca), tak lain adalah pengingkaran secara langsung dan terang-terangan terhadap pengetahuan Tuhan soal kemampuan Nabi. Karena Allah mengetahui segala hal gaib, maka tak masuk akal jika Dia menyapa orang yang tidak mampu membaca dan menulis dengan perintah “Bacalah!”. 

Selain itu, masih ada ayat dan bukti lain yang dihidangkan buku ini, dalam membuktikan bahwa Nabi Muhammad tidak buta huruf. Jadi, untuk mengetahui lebih dalam lagi, izinkan saya untuk mengucap ayat Alquran yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad. “Bacalah!”. Herawatmo, Redaktur MyRMNews 

Faisal Mandala

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

2 komentar: